BAB 7
PELAPORAN KEUANGAN DAN PERUBAHAN HARGA
I. PENDAHULUAN
Fluktuasi nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang
dan jasa merupakan karakteristik yang tak terpisahkan dalam bisnis
internasional. Untuk memahami istilah perubahan harga (changing prices),
kita harus membedakan antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga
spesifik, yang keduanya termasuk dalam istilah perubahan harga itu.
Suatu perubahan harga umum terjadi apabila secara rata-rata harga
seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian mengalami perubahan.
Kenaikan harga secara keseluruhan disebut sebagai inflasi (inflation),
sedangkan penurunan harga disebut sebagai deflasi (deflation).
Menurut John F. Boschen dan Charles L. Weise dalam
Journal of Money, Credit, and Banking (juni
2003) Bukti menunjukkan bahwa kebijakan moneter dan fiskal yang agresif
yang dirancang untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang tinggi,
pengeluaran yang berlebihan akibat pemilihan umum nasional, dan pengaruh
inflasi internasional merupakan penjelasan atas penyebab timbulnya
inflasi. Namun demikian permasalahannya tidaklah sesederhana itu.
Perubahan harga spesifik mengacu pada perubahan dalam harga barang atau
jasa tertentu yang disebabkan oleh perubahan dalam permintaan dan
penawaran. Kehancuran sosial dan politik yang ditimbulkan oleh rangkaian
periode hiperinflasi (ketika laju inflasi meningkat lebih dari 50 %
tiap bulannya) terdokumentasi dengan baik dan hal ini menjelaskan
mengapa tingkat harga yang stabil menjadi prioritas nasional bagi banyak
negara di dunia, kalangan usaha juga merasakan pengaruh inflasi pada
saat harga factor produksi meningkat. Meskipun perubahan harga terjadi
diseluruh dunia, pengaruh terhadap pelaporan bisnis dan keuangan
berbeda-beda dari satu negara ke negara lain.
II. LAPORAN KEUANGAN MEMILIKI POTENSI UNTUK MENYESATKAN SELAMA PERIODE PERUBAHAN HARGA
Selama periode inflasi, nilai aktiva yang dicatat sebesar biaya
akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih
tinggi). Ketidak akuratan pengukuran ini mendistorsi (1) proyeksi
keuangan yang didasarkan pada data seri waktu historis (2) anggaran yang
menjadi dasar pengukuran kinerja dan (3) data kinerja yang tidak dapat
mengisolasi pengaruh inflasi yang tidak dapat dikendalikan. Laba yang
dinilai lebih pada gilirannya akan menyebabkan :
- Kenaikan dalam proporsi pajak
- Permintaan dividen lebih banyak dari pemegang saham
- Permintaan gaji dan upah yang lebih tinggi dari para pekerja
- Tindakan yang merugikan dari negara tuan rumah (seperti pengenaan pajak keuntungan yang sangat besar).
Kegagalan untuk menyesuaikan data keuangan perusahaan terhadap
perubahan dalam daya beli unit moneter juga menimbulkan kesulitan bagi
pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan
kinerja operasi perusahaan yang dilaporkan. Dalam periode inflasi,
pendapatan umumnya dinyatakan dalam mata uang dengan daya beli umum yang
lebih rendah (yaitu daya beli periode kini), yang kemudian diterapkan
terhadap beban terkait. Prosedur akuntansi yang konvesional juga
mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari
kepemilikan kas (ekuivalennya) selama periode inflasi.
Oleh karena itu, mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit berguna dilakukan karena :
- Pengaruh perubahan harga sebagian bergantung pada transaksi dan keadaan yang dihadapi suatu perusahaan.
- Mengelola masalah yang ditimbulkan oleh perubahan harga bergantung pada pemahaman yang akurat atas masalah tersebut.
- Laporan dari para manajer mengenai permasalahan yang disebabkan oleh
perubahan harga lebih mudah dipercaya apabila kalangan usaha
menerbitkan informasi keuangan yang membahas masalah-masalah tersebut.
Meskipun laju inflasi melambat, akuntansi perubahan harga tetap
berguna karena efek kumulatif inflasi yang rendah dalam beberapa waktu
dapat menjadi signifikan.
III. JENIS PENYESUAIAN INFLASI
Seri statistik yang mengukur perubahan baik dalam harga umum maupun
harga spesifik pada umumnya tidak bergerak secara pararel. Setiap jenis
perubahan harga memiliki pengaruh yang berbeda terhadap ukuran-ukuran
posisi keuangan dan kinerja operasi suatu perusahaan dan ditimbulkan
oleh adanya tujuan-tujuan berbeda yang tersembunyi.
- Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Jumlah mata uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga
umum (daya beli) disebut sebagai mata uang konstan biaya histories atau
ekuivalen daya beli umum. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan
sedemikian rupa disebut sebagai jumlah nominal. Sebagai contoh, selama
periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang yang dilaporkan didalam
neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam mata uang
nominal. Apabila biaya historisnya tersebut dialokasikan terhadap laba
periode kini, pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan
dengan biaya yang mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari
periode terdahulu saat aktiva tersebut dibeli.
- Penyesuaian Biaya Kini
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi yang konvesional dalam dua
aspek utama. Pertama, aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini dan
bukan biaya historis. Kedua, laba adalah jumlah sumber daya yang dapat
didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode (tanpa
memperhitungkan komponen pajak), namun tetap dapat mempertahankan
kapasitas produktif atau modal fisik perusahaan. Satu cara untuk
mempertahankan modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih
awal perusahaan (yang menggunakan indeks harga spesifik yang tepat atau
penentuan harga langsung) untuk mencerminkan perubahan dalam ekuivalen
biaya kini aktiva selama periode berjalan.
IV. SUDUT PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa Negara telah mencoba akuntansi inflasi yang berbeda-beda.
Praktik actual juga mencerminkan pertimbangan pragmitis seperti parahnya
laju inflasi nasional dan pandangan yang pihak-pihak yang secara
langsung dipengaruhi oleh angka-angka akuntansi inflasi. Mengamati
beberapa metode akuntansi inflasi yang berbeda sangat bermanfaat pada
saat menilai kondisi paling muktahir saat ini.
- 1. Negara Amerika Serikat
Pada tahun 1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan / SFAS No.33, yang berjudul “ Pelaporan Keuangan dan Perubahan
Nilai” pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS yang
memiliki persedian dan aktifa tetap bernilai lebih dari $125 juta atau
aktiva lebih dari $1 miliyar, untuk selama 5 tahun mencoba melakukan
pengungkapan daya beli konstan biaya historis sebagai kerangka dasar
pengukuran dasar untuk laporan keuangan utama.
Banyak pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No.33 menemukan bahwa :
- Pengungkapan ganda yang diwajibkan FASB membingungkan.
- Biaya penyusunan pengungkapan ganda ini terlalu besar.
- Pengungkapan daya beli biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila
dibandingkan dengan biaya kini. Akhirnya diterbitkan SFAS N0.88 untuk
membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh pernyataan atas harga yang
berubah dan menjadi titik awal standar akuntansi inflasi masa depan.
Perusahaan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :
- Penjualan bersih dan pendapatan operasi lainya.
- Laba dari opersi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini.
- Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan.
- Setiap agregrat penyesuaian translasi mata uang asing berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi.
- Aktiva bersih pada akhir tahun menurun dasar biaya kini.
- Laba per saham menurut dasar biaya kini
- Deviden per saham biasa
- Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa
- Tingkat indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari opersi berjalan.
Panduan pengungkapan SFAS No.88 juga mencakup operasi luar negeri
yang dimasukkan dalam laporan konsolidasi induk perusahaan dari AS
perusahaan yang ,engadopsi dolar sebagai mata uang fungsional untuk
mengukur operasi luar negerinya memandang operasi-operasi dari sudut
pandang mata uang induk perusahaan.Akibatnya akun-akun operasi harus
ditranslasi ke dalam dolar, kemudian disesuaikan dengan inflasi AS.
Perusahaan multinasional yang mengadopsi mata uang local sebagai mata
uang fungsional untuk kebanyakan operasi luar negerinya menggunakan
sudut pandang mata uang local. FASB memperbolehkan perusahaan tersebut
untuk mengunakan metode translasi sajikan ulang atau menyesuaikan diri
terhadap inflasi luar negeri dan kemudian melakukan translasi kedalam
dolar AS. Dengan demikian, penyesuai terhadap data biaya kini untuk
mencerminkan inflasi dapat didasarkan pada indeks tingkat harga umum AS
atau luar negeri.
- 2. Negara Inggris
Komite Standar Akuntansi Inggris / ACS menerbitkan “Pernyataan
Standar Praktik Akuntansi 16 / SSAP, “Akuntansi Biaya Kini” untuk masa
percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. Meskipun SSAP 16 dibatalkan
pada tahun 1988, metodologinya direkomendasikan untuk
perusahaan-perusahaan yang secara sukarela melaporkan akun-akunnya yang
disesuaikan terhadap inflasi. Perbedaan SSAP 16 dengan SFAS 33 adalah:
- Apabila standar AS mengharuskan akuntansi biaya konstan dan kini,
SSAP 16 hanya mengadopsi metode biaya kini untuk pelaporan eksternal.
- Apabila penyesuaian inflasi AS berpusat pada laporan laba rugi,
laporan biaya kini di Inggris mengwajibkan baik laporan laba rugi dan
neraca biaya kini, beserta catatan penjelas.
Standar di Inggris memperbolehkan 3 pilihan pelaporan :
- Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis.
- Menyajikan akun-akun biaya historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini.
- Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai satu-satuny akun yang dilengkanpi dengan informasi biaya historis yang memadai.
Dengan perlakuan keuntungan dan kerugian yang terkait dengan pos-pos
moneter, FAS 33 menharuskan pengungkapan terpisah untuk tiap-tiap angka.
SSAP 16 mengaharuskan dua angka yang keduanya mencerminkan pengaruh
perubahan harga spesifik, yaitu, a. Penyesuai modal kerja moneter (
Monetary Working Capital Adjustment) / MWCA Mengakui pengaruh perubahan
harga khusus terhadap total jumlah modal kerja yang digunakan oleh
perusahaan dalam operasinya. b. Mekanisme Penyesuaian Memungkinkan
pengaruh perubahan harga spesifik terhadap aktiva nonmoneter perusahaan.
- 3. Negara Brasil
Walaupun tidak lagi diwajibkan akuntansi inflasi yang
direkomendasikan di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan
pelaporan –Hukum Perusahaan Brasil dan Komisi Pengawasan Pasar Modal
Brasil. Penyesuaian inflasi yang sesuai dengan hukum perusahaan
menyajikan ulang akun-akun aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham
dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh pemerintah federal
untuk mengukur devaluasi mata uang local.
Penyesuaian inflasi terhadap aktiva permanen dan ekuitas pemegang saham
disajikan bersih terhadap jumlah lebih yang diungkapkan secara terpisah
dalam laba kini sebagai keuntungan atau kerugian koreksi moneter.
Penyesuaian tingkat harga terhadap ekuitas pemegang saham merupakan
jumlah investasi pemegang saham pada awalperiode yang harus tumbuh agar
tidak tertingla dengan laju inflasi. Penyesuaian aktiva permanen yang
lebih kecil daripada penyesuaian ekuitas menyebabkan kerugian daya beli
yang mencerminkan resiko yang dihadapi perusahan terhadap aktiva moneter
bersihnya.
V. BADAN STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
Secara khusus laporan keuangan suatu perusahaan yang melakukan
pelaporan dalam mata uang perekonomian hiperinflasi, apakah didasarkan
pada kerangka penilaian biaya historis atau biaya kini, harus disajikan
ulang sesuai dengan daya beli konstan pada tanggal neraca. Aturan ini
juga berlaku untuk angka terkait dalam periode sebelumnya. Keuntungan
atau kerugian daya beli yang terkait dengan posisi kewajiban atau aktiva
moneter bersih dimasukan kedalam laba kini. Perusahaan yang melakukan
pelaporan juga harus mengungkapkan :
- Fakta bahwa penyajian ulang untuk perubahan dalam daya beli unit pengukuran telah dilakukan.
- Kerangka dasar penilaian aktiva yang digunakan dalam laporan keuangan utama yaitu penilaian biaya historis atau biaya kini.
- Identitas dan tingkat indeks harga pada tanggal neraca, beserta dengan perubahannya selama periode pelaporan.
- Keuntungan atau kerugian moneter bersih selama periode tersebut.
VI. ISU-ISU MENGENAI INFLASI
Terdapat 4 isu akuntansi inflasi diantaranya :
- Apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi.
- Perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi.
- Akuntansi inflasi luar negeri.
- Menghindari fenomena kejatuhan ganda.
- VII. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN INFLASI
Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas,
piutang, dan utang) tergolong kontroversial. Penelitian kami terhadap
praktik di berbagai negara mengungkapkan perbedaan yang penting dalam
hal ini. Di Amerika, keuntungan atau kerugian pos-pos moneter ditentukan
dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan, saldo awal dan saldo
akhir. Serta transaksi dalam, seluruh aktiva dan kewajiban moneter
(termasuk utang jangka panjang), angka yang dihasilkan diungkapkan
sebagai saldo terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian
pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang
lain.
- VIII. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KEPEMILIKAN
Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :
- Laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi).
- Keuntungan yang belum direalisasi yang imbul dari kepemilikan aktiva
nonmoneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan
inflasi.
Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi yaitu proyeksi arus
keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan, bukanlah suatu
keuntungan baik itu direalisasikan atau tidak. Apabila laba berbasis
biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan,
maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva operasi
lainnya merupakan revaluasi equitas pemilik yang merupakan bagian dari
laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal
fisiknya.
IX. AKUNTANSI UNTUK INFLASI DILUAR NEGERI
Para investor memberi perhatian terhadap potensi perusahaan untuk
menghasilkan deviden, karena nilai investasi mereka sangat tergantung
pada deviden dimasa depan. Potensi suatu perusahaan untuk menghasilkan
deviden berkaitan langsung dengan kapasitasnya untuk memproduksi barang
dan jasa. Jika suatu perusahaan mempertahankan kapasitas produksinya,
baru ada suatu deviden masa depan yang dapat dipertimbangkan. Menyajikan
ulang akun-akun perusahan luar negeri dan domestik menjadi ekuivalen
harga kini akan menghasilkan informasi yang relevan dengan keputusan.
Informasi ini memberikan kesempatan kepada investor untuk memperoleh
informasi sebanyak mungkin yang menyangkut deviden dimasa depan. Jauh
lebih mudah untuk membandingkan dan mengevaluasi hasil konsolidasi
seluruh perusahaan daripada yang dilakukan dewasa ini.
X. MENGHINDARI KEJATUHAN GANDA
Ukuran penyesuaian yang terjadi untuk menghapuskan kejatuhan ganda
tergantung pada kurs dan perbedaan inflasi dan berhubungan secara
negatif. Penyesuaian inflasi terhadap harga pokok penjualan atau beban
depresiasi dimaksudkan untuk mengurangi besarnya laba untuk menghindari
penilaian lebih laba bersih. Karena pengaruh hubungan terbalik antara
inflasi lokal dan nilai mata uang, perubahan kurs valuta asing diantara
laporan keuangan yang berurutan yang umumnya disebabkan oleh inflasi
menyebabkan timbulnya sebagian pengaruh inflasi terhadap hasil operasi
perusahaan. Untuk menghindari proses penyesuaian terhadap pengaruh
inflasi sebanyak dua kali, penyesuaian inflasi harus memperhitungkan
kerugian translasi yang sudah tercemin dalam hasildari suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Frederick D.S. Choi, dan Gary K. Meek,International Accounting, Jakarta: Salemba Empat,2005
BAB 8 (Resume) – Harmonisasi Akuntansi Internasional
Akuntansi Internasional
BAB 8 (Resume) – Harmonisasi Akuntansi Internasional
Pendahuluan
“Harmonisasi”
merupakan proses untuk menigkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktik
akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-prkatik
tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan
dapat meningkatkan komparabilitas (daya banding) informasi keuangan yang
berasal dari berbagai negara. Upaya untuk melakukan harmonisasi standar
akuntansi telah dimulai jauh sebelum pembentukan Komite Standar Akuntansi
Internasional pada tahun 1973. Harmonisasi akuntansi internasional merupakan
salah satu isu terpenting yang dihadapi oleh pembuat standar akuntansi, badan
pengatur pasar modal, bursa efek, dan mereka yang menyusun atau menggunakan
laporan keuangan.
Harmonisasi
akuntansi mencakup harmonisasi :
1.
Standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapan)
2. Pengungkapan yang dibuat oleh
perusahaan-perusahaan public terkait dengan penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek
3.Standar
audit
Keuntungan
Harmonisasi Internasional
Sebuah
tulisan terbaru juga mendukung adanya suatu “GAAP global” yang terharmonisasi.
Beberapa manfaat yang disebutkan antara lain:
1.
Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia
tanpa hambatan. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan
secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
2.
Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik; portofolio akan
lebih beragam dan risiko keuangan berkurang.
3.
Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi
dalam bidang merger dan akuisisi.
4.
Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard pat disebarkan dalam
mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.
Kritik Atas
Standar Internasional
Internasionalisasi standar
akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971 (sebelum pembentukan IASC),
beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan
solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Dinyatakan pula bahwa
akuntansi, sebagai ilmu sosial, telah memiliki flesibilitas yang terbangun
dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi
yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang dimilikinya.
Pada saat standar internasional diragukan dapat menjadi fleksibel untuk
mengatasi perbedaan-perbedaan dalam latar belakang, tradisi, dan lingkungan
ekonomi nasional, maka beberapa orang berpendapat bahwa hal ini akan menjadi
sebuah tantangan yang secara politik tidak dapat diterima terhadap kedaulatan
nasional.
Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa
adopsi standar internasional akan menimbulkan “standar yang berlebihan”.
Perusahaan harus merespon terhadap susunan tekanan nasional, politik, social,
dan ekonomi yang semakin meningat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan
internasional tambahan yang rumit dan berbiaya besar.
Rekonsiliasi dan
Pengakuan Bersama
Dua pendekatan yang diajukan sebagai
solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan
isi laporan keuangan lintas batas:
1.
Rekonsiliasi
Melalui
rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan
menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakan
rekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih
dan ekuitas pemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan
keuangan dilaporkan.
2.
Pengakuan bersama (yang juga disebut sebagai “imbal balik” / resiprositas)
Pengakuan
bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negara asal menerima laporan
keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip negara asal.
Evaluasi
Perdebatan mengenai harmonisasi
mungkin tidak akan pernah terselesaikan dengan penuh. Beberapa argumen yang
menentang harmonisasi mengandung sejumlah kebenaran. Namun demikian, semakin
banyak bukti menunjukkan bahwa tujuan harmonisasi internasional akuntansi,
pengungkapan, dan audit telah diterima begitu luas sehingga tren yang mengarah
pada harmonisasi internasional akan berlanjut atau bahkan semakin cepat.
Sejumlah besar perusahaan secara sukarela mengadopsi Standar Prlaporan Keuangan
Internasional (Internasional Financial Reporting Standards-IFRS). Banyak negara
telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan, menggunakan IFRS sebagai standar
nasional atau mengizinkan penerapan IFRS. Perbedaan nasional dalam
faktor-faktor dasar yang menyebabkan perbedaan dalam akuntansi, pengungkapan,
dan praktik audit semakin sempit karena pasar modal dan produk semakin
internasional.
Penerapan
Standar Internasional
Standar
akuntansi internasional digunakan sebagai hasil dari :
1.
Perjanjian internasional atau politis
2.
Kepatuhan secara sukarela (atau yang didorong secara professional)
3.
Keputusan oleh badan pembuat standar akuntansi internasional
Beberapa
Peristiwa penting Dalam Sejarah Penentuan Standar Akuntansi Internasional
1959-
Jacob Kraayenhof, mitra pendiri sebuah firma akuntan independen Eropa yang
utama, mendorong agar usaha pembuatan standar akuntansi internasional dimulai.
1961-
Group d’Etudes, yang terdiri dari akuntan professional yang berpraktik,
didirikan di Eropa untuk memberikan nasihat kepada pihak berwenang Uni Eropa
dalam masalah-masalah yang menyangkut akuntansi.
1966-
Kelompok Studi Internasional Akuntan didirikan oleh institute professional di
Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat.
1973-
Komite Standar Akuntansi Internasional (Internasional Accounting Standard
Committee-IASC) didirikan.
1976-
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic
Coorporation and Development-OECD) mengeluarkan Deklarasi Investasi dalam
Perusahaan Multinasional yang berisi panduan untuk “Pengungkapan Informasi”.
1977-
Federasi Internasional Akuntan (International Federation of Accounting-IFAC)
didirikan.
1977-
Kelompok Para Ahli yang ditunjuk oleh Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan
Bangsa-bangsa mengeluarkan laporan yang terdiri dari empat bagian mengenai
Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan bagi Perusahaan Transnasional.
1978-
Komisi Masyarakat ropa mengeluarkan Direktif Keempat sebagai langkah pertama
menuju harmonisasi akuntansi Eropa.
1981-
IASC mendirikan kelompok konsultatif yang terdiri dari organisasi nonanggota
untuk memperluas masukan-masukan dalam pembuatan standar internasional.
1984-
Bursa Efek London menyatakan bahwa pihaknya berharap agar perusahaan-perusahaan
yang mencatatkan sahamnya tetapi tidak didirikan di Inggris atau Irlandia
menyesuaikan dengan standar akuntansi internasional.
1987-
Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO) menyatakan dalam konferensi
tahunannya untuk mendorong penggunaan standar yang umum dalam praktik akuntansi
dan audit.
1989-
IASC mengeluarkan Draf Eksposure 32 mengenai perbandingan laporan keuangan.
Kerangka Dasar untuk Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan diterbitkan
aoleh IASC.
1995-
Dewan IASC dan Komisi Teknis IOSCO menyetujui suatu rencana kerja yang
penyelesaiannya kemudian berhasil mengeluarkan IAS yang membentuk satu kelompok
inti standar yang komprehensif. Keberhasilan dalam penyelesaian standar-standar
ini menmungkinkan Komisi Teknis IOSCO untuk merekomendasikan pengesahan IAS
dalam pengumpulan Modal lintas batas dan keperluan pencatatan saham di seluruh
pasar global.
1995-
Komisi Eropa mengadopsi sebuah pendekatan daru dalam harmonisasi akuntansi yang
akan memungkinkan penggunaan IAS oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan
pencatatan saham dalam pasar modal internasional.
1996-
Komisi Pasar Modal AS (SEC) mengumumkan bahwa pihaknya ”….mendukung tujuan IASC
untuk mengembangkan, secepat mungkin, standar akuntansi yang dapat digunakan
untuk menyusun laporan keuangan yang dapat digunakan dalam penawaran surat
berharga lintas batas.
1998-
IOSCO menerbitkan laporan “Standar Pengungkapan Internasional untuk Penawaran
Lintas Batas dan Pencatatan Saham Perdana bagi Emiten Asing”.
1999-
Forum Internasional untuk Pengembangan Akuntansi (International Forum on
Accountancy Development-IFDA) bertemu untuk pertama kalinya pada bulan Juni.
2000-
IOSCO menerima, secara keseluruhan, seluruh 40 standar inti yang disusun oleh
IASC sebagai jawaban atas daftar keinginan IOSCO tahun 1993.
2001-
Komisi Eropa mengusulkan sebuah aturan yang akan mewajibkan seluruh perusahaan
EU yang tercatat sahamnya pada suatu
pasar yang diregulasi untuk menyusun akun-akun konsolidasi sesuai dengan IAS
selambatnya tahun 2005.
2001-
Badan Standar Akuntansi Internasional (Internastiaonal Accounting Standars
Board-IASB) menggantikan IASC dan mengambil alih tanggung jawabnya per tanggal
1 April. Standar IASB disebut sebagai
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) dan termasuk didalamnya IAS
yang dikeluarkan oleh IASC.
2002-
Parlemen Eropa menyetujui proposal Komisi Eropa bahwa secara nyata seluruh
perusahaan EU yang tercatat sahamnya harus mengikuti standar IASB dimulai
selambat-lambatnya tahun 2005 dalam laporan keuangan konsolidasi. Negara-negara
anggota dapat memperluas ketentuan ini terhadap laporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan pencatatan saham dan perusahaan
secara individu. Dewan Eropa kemudian mengadopsi aturan yang memungkinkan hal
ini tercapai.
2002-
IASB dan FASB menandatangani “Perjanjian Norwalk” yang berisi komitmen bersama
terhadap konvergensi standar akuntansi internasional dan AS.
2003-
Dewan Eropa menyetujui Direktif EU Keempat dan Ketujuh yang diamandemen, yang
menghapuskan ketidakkonsistenan antara direktif lama dengan IFRS.
2003-
IASB menerbitkan IFRS 1 dan revisi terhadap 15 IAS.
Sekilas Mengenai
Organisasi Internasional Utama yang Mendorong Harmonisasi Akuntansi
Enam organisasi telah menjadi pemain
utama dalam penentuan standar akuntansi internasional dan dalam mempromosikan
harmonisasi akuntansi internasional :
1. Badan Standar Akuntansi International
(IASB)
2. Komisi Uni Eropa (EU)
3. Organisasi Internasional Komisi Pasar
Modal (IOSCO)
4. Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
5. Kelompok Kerja Ahli Antarpemerintah
Perserikatan Bangsa-bangsa atas Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan
(International Standars of Accounting and Reporting – ISAR), bagian dari
Konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa dalam Perdagangan dan Pembangunan (United
Nations Conference on Trade and Development –UNCTAD)
6. Kelompok Kerja dalam Standar
Akuntansi Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (Kelompok Kerja OEDC)
Badan Standar
Akuntansi Internasional
Tujuan
IASB adalah :
1.
Untuk mengembangkan dalam kepentingan umum, satu set standar akuntansi global
yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diterapkan yang mewajibkan
informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan dalam
laporan keuangan.
2.
Untuk mendorong penggunaan dan penerapan standar-standar tersebut yang ketat.
3.
Untuk membawa konvergensi standar akuntansi nasional dan Standar Akuntansi
Internasional dan Pelaporan Keuangan Internasional kea rah solusi berkualitas
tinggi.
Struktur IASB
yang Baru
1.
Badan wali
2.
Dewan IASB
3.
Dewan penasihat standar
4.
Komite interpretasi pelaporan keuangan internasional (IFRIC)
Uni Eropa
(Europen Union-EU)
Salah
satu tujuan EU adalah untuk mencapai integrasi pasar keuangan eropa. Untuk
tujuan ini, EC telah memperkenalkan direktif dan mengambil langkah inisiatif
yang sangat besar untuk mencapai pasar tunggal bagi :
- Perubahan
modal dalam tingkat EU
- Membuat
kerangka dasar hokum umum untuk pasar surat berharga dan derivatif yang
terintegrasi
- Mencapai
satu set standar akuntansi tunggal untuk perusahaan-perusahaan yang
sahamnya tercatat.
Organisasi Internasional
Komisi Pasar Modal (IOSCO)
Organisasi Internasional Komisi
Pasar Modal (International Organization of Securities Commissions-IOSCO)
beranggotakan sejumlah badan regulator pasar modal yang ada di lebih dari 100
negara. Menurut bagian pembukaan anggaran IOSCO:
Otoritas
pasar modal memutuskan untuk bekerja bersama-sama dalam memastikan pengaturan
pasar yang lebih baik, baik pada tingkat domestic maupun internasional, untuk
mempertahankan pasar yang adil, efisien dan sehat:
- Saling
menukarkan informasi berdasarkan pengalaman masing-masing untuk mendorong
perkembangan pasar domestic.
- Menyatukan
upaya-upaya untuk membuat standard an penhawasan efektif terhadap
transaksi surat berharga internasional.
- Memberikan
bantuan secara bersama-sama untuk memastikan integritas pasar melalui
penerapan standar yang ketat dan penegakkan yang efektif terhadap
pelanggaran.
IOSCO telah bekerja secara ekstensif
dalam pengungkapan internasional dan standar akuntansi memfasilitasi kemampuan
perusahaan memperoleh modal secara efisien melalui pasar global surat berharga.
Tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi proses yang dapat digunakan para
penerbit saham kelas dunia untuk memperoleh modal dengan cara yang paling
efektif dan efisien pada seluruh pasar modal yang terdapat permintaan investor.
Komite ini bekerja sama dengan IASB, antara lain dengan memberikan masukan
terhadap proyek-proyek IASB.
FEDERASI
INTERNASIONAL AKUNTAN (IFAC)
IFAC merupakan organisasi tingkat dunia
yang memiliki 159 organisasi anggota di 118 negara, yang mewakili lebih dari
2,5 juta orang akuntan. Didirikan tahun 1977, dimana misinya adalah untuk
mendukung perkembangan profesi akuntansi dengan harmonisasi standar sehingga
akuntan dapat memberikan jasa berkualitas tinggi secara konsisten demi
kepentingan umum.
Majelis IFAC, yang bertemu setiap 2.5
tahun, memiliki seorang perwakilan dari setiap organisasi anggota IFAC. Majelis
ini memiliki suatu dewan, yang terdiri dari para individu yang berasal dari 18
negara yang dipilih untuk masa 2.5 tahun. Dewan ini, yang bertemu 2 kali setiap
tahunnya, menetapkan kebijakan IFAC dan mengawasi operasinya. Administrasi
harian dilakukan oleh Sekretariat IFAC yang berlokasi di New York, yang
memiliki staf professional akuntansi dari seluruh dunia.
KELOMPOK KERJA
ANTAR PEMERINTAH PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA UNTUK PAKAR DALAM STANDAR
INTERNASIONAL AKUNTANSI DAN PELAPORAN (ISAR)
ISAR dibentuk pada tahun 1982 dan
merupakan satu-satunya kelompok kerja antar pemerintah yang membahas akuntansi
dan audit pada tingkat perusahaan. Mandat khususnya adalah untuk mendorong harmonisasi
standar akuntansi nasional bagi perusahaan. ISAR mewujudkan mandat tersebut
melalui pembahasan dan pengesahan praktik terbaik, termasuk yang
direkomendasikan oleh IASB. ISAR merupakan pendukung awal atas pelaporan
lingkungan hidup dan sejumlah inisiatif terbaru berpusat pada tata kelola
perusahaan dan akuntansi untuk perusahaan berukuran kecil dan menengah.
ORGANISASI UNTUK
KERJASAMA EKONOMI DAN PEMBANGUNAN (OECD)
OECD merupakan organisasi internasional
Negara-negara industry maju yang berorientasi ekonomi pasar. Dengan keanggotaan
yang terdiri dari Negara-negara industry maju yang lebih besar, OECD sering
menjadi lawan yang tangguh terhadap badan-badan lain (seperti PBB atau Konfederasi
Internasional Persatuan Perdagangan Bebas) yang memiliki kecenderungan untuk
melakukan tindakan yang bertentangan dengan kepentingan anggota-anggotanya.
Sumber
:
Choi,
Frederick D.S and Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Buku 2. Salemba
Empat. Jakarta.